26 September 2012
Mengingat Kematian
''Perbanyaklah olehmu untuk mengingat kematian, si penghancur segala kesenangan duniawi.'' (HR Ahmad).
Kematian merupakan kepastian. Tak seorang pun dapat menghindar dan melepaskan diri dari cengkeramannya. Firman Allah SWT, ''Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata.'' (Al-Jum'ah: 8).
Meskipun demikian, manusia pada umumnya tidak suka, bahkan sangat takut pada kematian. Bagi sebagian orang, kematian sangat menakutkan. Mereka membayangkan kematian sebagai peristiwa yang amat tragis dan mengerikan. Dalam buku Mizan al-'Amal, Imam Ghazali menjelaskan beberapa alasan
mengapa manusia takut terhadap kematian.
Pertama, karena ia ingin bersenang-senang dan menikmati hidup ini lebih lama lagi.
Kedua, ia tidak siap berpisah dengan orang-orang yang dicintai, termasuk harta dan kekayaannya yang selama ini dikumpulkannya dengan susah payah.
Ketiga, karena ia tidak tahu keadaan mati nanti seperti apa. Keempat, karena ia takut pada dosa-dosa yang selama ini ia lakukan.
Walhasil, manusia takut karena ia tidak pernah ingat kematian dan tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menyambut kehadirannya. Manusia, kata Ghazali, biasanya ingat kematian hanya kalau tiba-tiba ada jenazah lewat di depannya. Seketika itu, ia membaca istirja': ''Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.'' Namuan, istirja' yang dibaca itu hanyalah di mulut saja, karena ia tidak secara benar-benar ingin kembali kepada Allah dengan ibadah dan amal saleh.
Jadi, kalau demikian, agar tidak alergi dan fobia dengan kematian, manusia, menurut Ghazali, harus
sering-sering ingat kematian. Menurut Ghazali, ingat kematian akan menimbulkan berbagai kebaikan. Di antaranya, membuat manusia tidak ngoyo dalam mengejar pangkat dan kemewahan dunia. Ia bisa menjadi legawa (qona'ah) dengan apa yang dicapainya sekarang, serta tidak akan
menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi pribadinya.
Kebaikan lain, manusia bisa lebih terdorong untuk bertobat alias berhenti dari dosa-dosa, baik dosa
besar maupun dosa kecil.
Lalu, kebaikan berikutnya, manusia bisa lebih giat dalam beribadah dan beramal saleh sebagai bekal untuk kebaikannya di akhirat kelak. Dengan berbagai kebaikan ini, orang-orang tertentu seperti kaum sufi tidak takut dan tidak gentar menghadapi kematian. Mereka justru merindukannya, karena hanya lewat kematian mereka dapat menggapai kebahagiaan yang sebenar-benarnya, yaitu berjumpa dengan Allah
dalam ridha dan perkenan-Nya.
Inilah anugerah dan kabar gembira dari Allah kepada mereka. Firman-Nya, ''Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka seraya berkata, 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah
kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu'.'' (Fushshilat: 30).
By Iesje Rositha
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Lumpur Surga
Bismillahirrohmanirrohim... Baru pertama kali bikin Lumpur Surga, setelah sekian bulan pingin bikin karena melihat postingan moms Iren. Alha...
-
Bagi para pecinta kopi, pasti sebel jika bikin kopi ampasnya lama banget mengendapnya. Berikut ada trik agar ampas kopi segera mengendap ...
-
Ø Mulut kita ternyata dalam satu hari dapat menghasilkan air liur sebanyak satu (1) liter. Ø Serangan Jantung ternyata paling...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar