Praktek memang tidak pernah segampang teori, apalagi dalam berbuat kebaikan di tengah cobaan.
Tapi sampaikanlah walau hanya satu ayat (of course tentang kebaikan), sebab itu bagian dari amar makruf nahi munkar.
Sebelum masuk ke inti atau pesan postingan ini, aku punya dua ilustrasi cerita.
Ilustrasi-ilustrasi ini bukan aku sendiri yang bikin, tapi orang lain yang aku tidak tahu siapa,
So, untuk Anda yang mungkin adalah penciptanya, mohon keikhlasannya untuk dibagi di sini ya ^^
Yang pertama adalah cerita anak kerang yang merasa sangat kesakitan ketika sebutir pasir masuk ke dalam tubuhnya. Dia mengaduh setiap waktu dan mengeluh kepada ibunya sembari selalu menangis.
Anak kerang: “Ibu, sakit sekali rasanya, benda asing ini menyiksaku, Bu.” (sambil air matanya mengalir bercampur dengan air laut)
Ibu kerang: “Ibu tahu, Nak. Sabar, itu adalah bagian dari takdir kita untuk mersakan kesakitan ini. Sabar” (sama sedihnya dengan anaknya karena ia bisa merasakan penderitaan anaknya itu)
Anak: “Sampai kapan, Bu?” Aku sudah tidak kuat lagi menahan pedih yang menggores kulitku ini, Bu”
Ibu: “Tahan, Nak. Niscaya kau akan menjadi mendapat sesuatu yang indah seperti apa yang telah Ibu dapatkan.”
Setelah lama bersabar dalam menghadapi rasa sakitnya, akhirnya, terbentuk mutiara yang indah dan bernilai tinggi di dalam tubuh si Anak Kerang. Mutiara yang terbentuk lewat proses kesakitan panjang ini pasti memiliki harga jual lebih tinggi daripada kerang-kerang yang mungkin tidak mengalami kesakitan yang lama, tetapi mereka hanya dijadikan santapan manusia di restoran.
Sementara ilustrasi yang kedua adalah tentang seorang pemuda yang merasa hidupnya penuh dengan masalah, yang memutuskan datang kepda seorang laki-laki tua yang bijaksana.
Pemuda: “Pak tua, saya merasa Tuhan tidak lagi sayang pada saya. Banyak sekali masalah yang datang pada hidup saya. Ketika satu masalah selesai, masalah yang lain selalu datang.”
Pak Tua: “Benarkah kau merasa seperti itu?” (meninggalkan pemuda itu dan kembali dengan membawa segenggam garam dan segelas air, lalu mencampurkannya) “Ini, minumlah.”
Pemuda: (meminum dan memuntahkannya) “Asin sekali, Pak. Saking asinnya sampai rasanya pahit.”
Kemudian Pak Tua mengajaknya ke danau dekat rumahnya, dan memasukkan segenggam garam ke dalam danau, lalu mengambil segelas air dari danau tersebut.
Pak Tua: (memberikan air tersebut pada si Pemuda) “Ini minumlah. Bagaimana rasanya?”
Pemuda: “Wah, segar sekali, Pak Tua.”
Nah, aku yakin kalau kalian pasti sudah bisa menarik hikmah dan kesimpulan dari dua ilusrasi tersebut.
Tapi aku tetep bakal lanjutin nulis, karena kalo hikmahnya tidak ditulis bareng ilustrasinya, rasanya kan bakal jadi menggantung. Bagai sayur tanpa garam :D.
Hikmah dari ilustrasi pertama adalah bahwa kesabaran akan membawa pada kebaikan. Jika si Anak Kerang itu menyerah di tengah penderitaannya, pasti tidak akan terbentuk mutiara yang berniali tinggi itu di dalam tubuhnya. Dan ibunya menasehatinya dengan berkata bahwa kesakitan seperti itu sudah menjadi takdir mereka, sebagai kerang.
Jadi, Tuhan hanya akan memberikan cobaan kepada mereka yang pantas dan Ia yakin mampu menghadapinya. Sebagaimana Tuhan yakin bahwa semua kerang sebenarnya mampu menghadapi dan bertahan dalam kesakitan saat terbentuknya mutiara itu.
Dengan bersabar pada cobaan, hasil yang akan didapat pasilah manis.
Sementara pada cerita kedua, hikmahnya adalah bahwa besar kecilnya hati kita dalam menerima cobaan dan musibah akan sangat berpengaruh pada bagaimana kita merasakan cobaan tersebut. Segenggam garam adalah perwakilan dari cobaan, sementara gelas dan danau adalah ibarat besarnya hati kita dalam menerima cobaan.
Saat hati kita kecil, maka masalah akan terasa pahit atau berat. Sementara cobaan yang sama akan terasa jauh lebih mudah untk disikapi ketika kita membesarkan hati kita untuk menerimanya.
Untuk itu, sabar dan kebesaran hati akan sangat membantu kita dalam menghadapi masalah dan takdir yang mungkin dirasa kurang menyenangkan dalam hidup kita. Padahal jika kita pahami “Allah SWT tidak menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia” Seburuk apapun takdir kita, pasti ada hikmah yang manis dibalik itu semua, yang kelak akan menjadikan kita makhluk yang lebih baik ke depannya.
Mengapa Allah
memberikan kita cobaan hidup yang datangnya bertubi-tubi?
Karena itu adalah
wujud anugerah yang terindah dari Allah untuk kita agar kita lebih bersabar
dalam hidup ini.
Sabar adalah satu kata yang mudah diucapkan namun sulit untuk
dilakukan karena membutuhkan latihan terus menerus.
Banyak orang yang jatuh
terpuruk dan tidak dapat bangkit lagi karena tidak mampu bersabar dalam
menghadapi cobaan hidup maupun menanti ridha Allah.
Namun bila kita bisa
bersabar maka banyak rahmat & nikmat Allah yang akan kita terima.
Innalaha ma'a shobirin :) :) :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar