20 Juni 2012

Manajemen Waktu

Bagi Anda yang memiliki aktivitas beragam, waktu adalah sebuah kebutuhan penting agar mampu menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab sesuai jadwal. Tetapi bagi sebagian besar orang, akhir-akhir ini waktu sepertinya berjalan terlalu cepat hingga mereka sudah tak mampu berbuat apa-apa untuk
'mengejarnya'.

Ilmu pengetahuan mengenai manajemen waktu yang selama ini dipercaya mampu mengatasi persoalan itu, ternyata sudah tidak mampu mengatasi pergerakan waktu yang begitu cepat berganti dari malam ke pagi, dari pagi ke sore, dari sore ke malam. Semuanya begitu cepat berlalu tanpa mampu kita sadari
bahwa manusia sebenarnya tidak pernah memiliki cukup waktu.

Teringat tentang sebuah tulisan kuno karya pemenang Nobel Sastra, Rabindranath Tagore, seorang pujangga besar yang pernah hidup pada abad kesembilan belas. Dalam tulisannya tentang waktu, Tagore berkata, "waktu tiada pernah usai di kedua tangan-Mu, oh Tuhan. Tak seorang pun menghitung menit-Mu. Siang dan malam berlalu, dan usia merekah dan luruh serupa bunga. Engkau tahu bagaimana menunggu. Abad-abad-Mu saling berlarian untuk menyempurnakan setangkai bunga liar kecil. Kami tidak punya waktu yang hilang, dan karena tak punya waktu, kami harus bergegas meraup kesempatan. Kami terlalu buruk untuk terlambat. Jadi, waktu itulah yang berlalu, sementara aku memberikannya kepada setiap orang yang bertikai tentang siapa yang memilikinya, dan altar-Mu kosong persembahan sampai akhir. Di hari kiamat, aku melangkah ketakutan kalau-kalau pintu sudah tertutup, tetapi aku mendapatinya di situ bahwa waktu memang tidak ada".

Karya Rabindranath Tagore tentang waktu, merupakan sebuah ilustrasi tempat kita berkaca dan memahami makna waktu secara sempurna. Waktu adalah ciptaan kita untuk mengatur pekerjaan dan beristirahat dalam sebuah keseimbangan yang harmonis, sehingga kita mampu menjaga keseimbangan hidup yang kita inginkan. Tetapi ketika rutinitas dan ambisi menyita semua porsi waktu, maka waktu yang kita ciptakan tersebut harus kita atur ulang lagi. Sebab, ternyata waktu yang telah kita susun sudah tidak relevan dengan kemajuan zaman.

Kemajuan teknologi telah menghilangkan makna waktu. Sekarang ini jam kerja untuk perusahaan-perusahaan dan pribadi-pribadi yang beraktivitas dalam pasar global adalah pagi, siang, dan malam. Setiap pimpinan dan staf dalam pasar yang beraktivitas dua puluh empat jam harus bisa melek dan siaga
penuh untuk memastikan bisnisnya berjalan sesuai rencana. Tidak ada lagi tempat untuk saling menyalahkan akibat waktu, setiap orang harus mampu mengatur sendiri untuk menjaga keseimbangan antara istirahat dan kerja.

Tak ada lagi alasan kemacetan jalan raya sebagai alibi keterlambatan atau turunnya kinerja. Semua orang juga mengalami hal yang sama. Mulai sekarang, bangunlah kebiasaan-kebiasaan positif yang menerima keadaan tersebut sebagai realitas yang harus di jalani. Karena manusia, adalah aset organisasi terpenting yang mampu hidup menyesuaikan diri dengan semua perubahan waktu yang terjadi.

Ketika waktu tidak pernah cukup untuk Anda, maka Anda harus segera membangun budaya kerja dengan kebiasaan baru yang efektif dan positif bagi kemajuan kinerja. Sekarang saatnya untuk membangun mental positif dalam menghadapi perubahan zaman yang mengakibatkan Anda kekurangan cukup waktu untuk bekerja secara baik. Seperti kalimat terakhir dari Tagore yang berbunyi "waktu memang tidak ada", tidak perlu lagi Anda menunda sebuah pekerjaan dengan alasan tidak ada waktu. Sebab "waktu" itu memang tidak pernah ada, yang ada adalah semangat dan motivasi Anda untuk menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab secara sempurna.

Lantas apa yang harus di lakukan? Jawabannya adalah setiap orang harus mulai membiasakan diri untuk bekerja seperti cara orang kreatif, yaitu tidak mengenal waktu dan ruang, dan hanya bekerja berdasarkan
prinsip-prinsip kerja efektif yang berdasarkan pikiran positif, yang mampu mendukung keseimbangan hidup yang harmonis antara kerja, istirahat, olahraga, main-main, dan tidur.

12 Juni 2012

Pertapa Muda dan Kepiting

Suatu ketika di sore hari yang sejuk, nampak seorang pertapa muda sedang bermeditasi di bawah pohon, tidak jauh dari tepi sungai. Saat sedang berkonsentrasi memusatkan pikiran, tiba-tiba perhatian pertapa itu terpecah kala mendengarkan gemericik air yang terdengar tidak beraturan.

Perlahan-lahan, ia kemudian membuka matanya. Pertapa itu segera melihat ke arah tepi sungai, sumber suara tadi berasal. Ternyata, di sana nampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang deras.

Melihat hal itu, sang pertapa merasa kasihan. Ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pertapa muda. Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting.

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali pertapaannya. Belum lama bersila dan mulai memejamkan mata, terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai. Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pertapa muda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit
oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi. Maka, pertapa itu menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Melihat kejadian itu, ada seorang tua yang kemudian datang menghampiri dan menegur si pertapa muda, "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?"

"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda. Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa mahluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab si pertapa muda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda, kemudian orang tua itu memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai. Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya."

"Lihat, Anak muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, yakni untuk menolong mahluk lain, tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri. Ranting pun bisa kita manfaatkan, bukan?"

Seketika itu, si pemuda tersadar. "Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu. Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan. Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang paman ajarkan."

Mempunyai sifat belas kasih, mau memperhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu kita berikan kepada anak kita, orang tua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun. Tetapi, kalau cara kita salah, seringkali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang. Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban dan kerugian yang tidak perlu.

Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak. Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.


Sumber : Unknow

4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup

"Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh" (John Gray)

Tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Ada empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.

TIPE PERTAMA, TIPE KAYU RAPUH. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi.

Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.

Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.

TIPE KEDUA, TIPE LEMPENG BESI. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

TIPE KETIGA, TIPE KAPAS. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi. Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.

TIPE KEEMPAT, TIPE BOLA PINGPONG. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.

Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance-nya bagus sekali.

BANGUN NETWORK

Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.

Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.

Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.

Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya.
Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong.
Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu yang mencemaskan untuk Anda.
Sekuat itukah mental Anda?

Sumber: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh Anthony Dio Martin

CC my Soulmate Ivan Hari Iswantono

PEMENANG KEHIDUPAN

Pemenang KEHIDUPAN adalah :
Orang yang tetap SEJUK di tempat yang PANAS
Tetap MANIS di tempat yang bagitu PAHIT
Tetap merasa KECIL meskipun telah menjadi BESAR
dan tetap TENANG ditengah BADAI yang paling HEBAT

Selalulah menyertakan ALLAH dalam setiap usaha.
Selamat berikhtiar sahabat2ku, semoga kita senantiasa menjadi PEMENANG...

Lumpur Surga

Bismillahirrohmanirrohim... Baru pertama kali bikin Lumpur Surga, setelah sekian bulan pingin bikin karena melihat postingan moms Iren. Alha...